Perjalanan wisata kali ini ke
Pantai Pangandaran Jawa Barat, membawa satu keluarga dari daerah Susukan
Cirebon. Awalnya bookingan jadwal ke Cadas Gantung Kuningan Jawa Barat. Namun
mendadak setelah saya menjemput ke lokasi tujuan penjemputan, minta jadwal di
rubah ke Pangandaran (karena sudah langganan sayapun tidak mempersoalkannya,
karena yang bersangkutanpun setuju dengan waktu sewa kendaraan yang diperpanjang
menjadi 24 jam dari yang awalnya 12 jam.
Perjalanan dimulai dari rute
Cirebon – Kuningan – Kawal (kab. Ciamis) – Ciamis – Banjar – Banjarsari –
Pangandaran.
Tidak ada hambatan berarti
kecuali bagi sebagai penumpang yang mengalami mabuk kendaraan karena memang
jalan yang berliku, dengan tanjakan dan turunan yang meskipun tidak ekstrim.
Berangkat pukul 10.00 an sampai di
Pangandaran sekitar pukul 16.00. dengan dua kali istirahat.
Sampai disana tujuannya ada
sunset (matahari tenggelam) di pantai barat Pangandaran ( ada pantai barat ada
pantai timur). Silahkan buka google map untuk mengetahui lokasinya.
Tiket Masuk
Tiket masuk ke Pangandaran 1
mobil (luxio) kami hanya dikenakan Rp 36.000 dan tiket parkir ketika pulang ada
Rp 10.000. Banyak yang menawari hotel atau rumah untuk bermalam harga variatif
sekitar 250-500 ribuan tergantung fasilitasnya. Ada yang menawarkan ber Ac, 3
kamar, 1 rumah full (maksudnya bukan hotel) dan lain lain.
Karena rencana kami memang PP
(pulang pergi) dan tidak menginap. kami tidak booking tempat istirahat disana.
Wahana
Karen disana pantai tentu wahana
yang ada adalah air laut. Ada kuda yang siap ngajak kamu jalan-jalan disekitar
pantai dengan tarif Rp.25.000. Salah satu kuda yang saya naiki namanya Putri
Kinanti katanya. Kenapa ya namanya bukan Dian Sastro atau apa gitu nama artis
wkwk.. ini dia penampakan kudanya (Gambar) :
Beberapa orang bermain selancar /
papan selancar. Entah apakah itu lifeguard atau penduduk setempat atau memang
yang sedang liburan karena disana ada larangan berenang. Saaya tidak berfikir untuk berenang karena
mamang tidak bisa berenang (sebenranya bisa mungkin bisa kalo gaya batu
wkwkwk..) Nih larangannya (gambar) :
Saya juga tidak berfikir untuk
mandi, selain karena sedang masuk angin dan migren ( swear deh ini bukan ngeles
karena takut air dan kebiasaan dirumah jarang mandi ….) ada lifeguard atau
penjaga pantai yang memberikan pengumuman untuk tidak mandi karena arus sedang
pasang dan besar.
Saya tidak begitu menyimak apa
yang di umumkan tersebut namum kurang lebih seperti itu, saya sibuk dengan
camera jepret sana jepret sini (untuk promosi travel wisata saya tentunya).
Sekitar pukul 18.00 WIB karena
salah satu keluarga ada yang harus segera pulang mengingat ada keluarga yang
akan daatang dari Kalimantan . Kamipun berbicara tetang rute perjalanan
mengingat dari tadi rute di pandu GPS. Salah satu anggota keluarga yang ikut,
meminta untuk tidak melalui rute yang awal yakni lewat Ciamis –Kuningan
–Cirebon. Melainkan lewat Jawa Tengah. Yah sayapun lihat di ponselnya ke arah
mana rutenya bisa ditarik lurus dari
Pangandaran menuju Cirebon terlihat lebih dekat dengan track yang lurus. Namun
dari sinilah awal perjalanan ektrem selama kurang lebih separuh malam.
Awalnya saya dikomando disetiap
persimpangan, apakah benar jalur rute yang ditempuh, apakah belok kiri atau
belok kanan, sampai kemudian kami berbelok kearah dimana tertulis ‘Jalur
Alternatif Brebes’. Dan…. Jreng.. jreng… (ilustrasi musiknya agak serem kalo di
film) wah koq tanjakannya ekstrim ya?.. saya pun mengacuhkan toh mobil luxio
yang saya bawa masih kuat dengan tanjakan itu terlebih diawal saat itu memang
jalannya cukup mulus meskipun nanjak ekstrem bro..
Terus saya pacu mobil luxio
dengan penuh hati-hati dan sesekali saya matikan AC (Ac yang menyala ketika
dalam tanjakan akan berpengaruh pada tenaga mesin). Lama kelamaan jalanan
menanjak dan berliku tidak kunjung berakhir, makin lama jalanan makin tidak
bagus, sempit dikiri kanan hutan belantara, nyaris tidak ada kendaraan lain
yang lewat sana (bisa dihitung jari berapa kali berpapasan dengan mobil atau
sepeda motor kurang lebih hanya 3-4 kali an. Hhh….. mental saya dan tentu
penumpang mulai ciut, beberapa kali saya tanyakan soal rutenya benar tidak,
benar katanya. Oke saya pun lanjut pacu dengan tetap hati-hati menjaga
kecepatan karena banyak tikungan tajam.
2-3 jam berlalu medan masih
seperti itu, bahkan makin sulit dan berbatu ditambah menanjak, saat itu
sebagian tertidur termasuk sang Navigator (penunjuk jalan) yang dari tadi
menunjukan arah atau rute yang kami lalui. Feeling saya mulai ragu dan menyuruh
membangunkan sang pemegang GPS. Dan apa…
Nyata… kita salah jalan.
Posisinya kendaraan saat itu adalah menuju jalan buntu. Wowwww… great. Tapi
selalu ada pertolongan Tuhan, tempat dimana kita berhenti ada beberap rumah.
Salah satu dari kami turun untuk menanyakn rute yang benar sambil dibantu GPS
yang hilang muncul signal 3G nya. Oh God… akhirnya kami turun gunung mencari
rute yang benar. Sambil setiap ada warga yang kebetulan sedang ada dipinggir
jalan kami bertanya rute. Saya mulai tidak percaya dengan GPS. Yah.. meskipun
GPS tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena dia (GPS) nggak mungkin ngomong tho
kalo itu jalannan ekstrim ( ini harus menjadi PR bagi tim GPS (google map dalam hal ini) agar ada semacam
advise atau anjuran tentang medan jalan disetiap jalan, nyok kita semua juga
berpartisipasi ke tim GPS untuk melaporkan setiap medan jalan terutama yang
extreme, saya menggunakan google earth dan sudah mengirimkan feedback soal
jalan yang saya lalui ini)
Penumpang mulai saling
menyalahkan satu sama lain. Mungkin Cuma saya saja seorang diri yang tetap cool
dan menasehati agar tidak bertengkar. Tahu kenapa?.. karena tentu dalam kondisi
seperti itu setan ingini kita bertengkar tho?.. agar kondisi semakin parah, yah begitulah kalo Negara Api
menyerang, semua jadi kacau saat negara api menyerang ! untung saya Avatar jadi nggak kejebak wkwkw. Saya bilang kita masih
punya Tuhan, sambil berdoa kita cari jalan dan nggak mungkin kita nggak ketemu
jalan yang benar. Toh jika sampe tidak ketemu jalan kita nunggu siang itung2
camping di negeri antah berantah (itu yang ada dipikiran saya) yang tentu saja
penumpang yang sudah langganan ke saya ini tidak berfikir demikian karena saya
merasakan kepanikan mereka saat itu).
Setelah itu… kami masih berdebat
soal rute apakah ikut GPS atau ikut anjuran orang atau penduduk sekitar yang
tadi sempat kami temui. Saya pribadi sebenarnya lebih percaya kepada penduduk
yang tadi ditanya, namun sang pemegang GPS berkata lain. Kami didalam mobil
terpecah menjadi 2 pendapat. Setelah saya mengutarakan bahwa saya netral ikut
GPS atau kata penduduk sama saja. Akhirnya diputuskan untuk ikut GPS. Lalu..
apa yang terjadi?... GPS lowbat dan mati… wkwkwkwkwk… sebuah hal yang tidak
kami duga sebelumnya. Padahal hampir yang ikut kesana menggunakan android yang
dilengkapi GPS.
Yang lebih parah anak terkecil
yang entah siapa namanya usia SD sepertinya, mulai panas demam badannya. Duh ..
didalam hati kami terus berdoa sepanjang perjalanan gelap gulita dan ekstrim
itu. Ditengah kondisi itu, saya salah mengambil belokan yang mengakibatkan jika
diteruskan akan kembali ke jalur awal, dan
ironisnya itu di tanjakan ekstrim, kesalahan saya adalah tidak
memundurkan mobil saja karena nanjak belum terlalu jauh meskipun dibelakang ada
mobil (padahal sepanjang perjalanan dari tadi tidak ada mobil) sepertinya masuk
kalo posisi mobil dibelakang mengambil lajur jalan agak ke kanan.
Namun entah karena situasi dan kondisi saya malah memmasukan mobil ke salah satu pelataran rumah yang entah rumah siapa di derah terpencil seperti itu. Akhirnya saya harus memarkikan mobil untuk putar balik. Disini kejadian menakutkan nyaris terjadi, karena jalanan nanjak, licin dan sempit saya harus menyuruh keluar semua penumpang untuk berjaga kalo-kalo mobil miring dan kemudian jatuh miring ke aspal yang kala itu posisinya melintang di jalan yang menanjak. Oh Tuhan… disinilah saya panik dan memelas kepada Yang Maha Baik, selamatkanlah kami. Saya memberi perintah dengan sedikit menggertak agar semuanya turun dari mobil, yang laki-laki berjaga di sebelah kanan sambil barangkali mobil tergelincir. Dan….. setelah maju mundur beberapa kali akhirnya selamatlah kami semua dari peristiwa manakutkan itu…Hhh.. Alhamdulillah yach sesuatu.. gitu mungkin kalo kata Syahrini.
Namun entah karena situasi dan kondisi saya malah memmasukan mobil ke salah satu pelataran rumah yang entah rumah siapa di derah terpencil seperti itu. Akhirnya saya harus memarkikan mobil untuk putar balik. Disini kejadian menakutkan nyaris terjadi, karena jalanan nanjak, licin dan sempit saya harus menyuruh keluar semua penumpang untuk berjaga kalo-kalo mobil miring dan kemudian jatuh miring ke aspal yang kala itu posisinya melintang di jalan yang menanjak. Oh Tuhan… disinilah saya panik dan memelas kepada Yang Maha Baik, selamatkanlah kami. Saya memberi perintah dengan sedikit menggertak agar semuanya turun dari mobil, yang laki-laki berjaga di sebelah kanan sambil barangkali mobil tergelincir. Dan….. setelah maju mundur beberapa kali akhirnya selamatlah kami semua dari peristiwa manakutkan itu…Hhh.. Alhamdulillah yach sesuatu.. gitu mungkin kalo kata Syahrini.
Lanjut perjalanan… kami masih
berdebat soal jalur dan rute ditengah GPS yang mati. Saya mengusulkan untuk
segara mencari jalan raya atau jalan utama sekalipun itu jauh memutar. Opsinya
saat itu adalah lewat Bumiayu. Semenatara pendapat kedua ikut anjuran penduduk
sekitar yang tadi kami bertanya-tanya disepanjang perjalanan. Dan di putuskan
untuk memutar arah via Bumiayu mencari jalan raya.
Belum berakhir perjalanan ektrim
itu, kami masih harus tetap bergerilya menembus hutan-hutan lebat dengan
tulisan disepanjang jalan yang bikin ciut karena tertulis disana ‘daerah rawan
longsor’ Oh Tuhan… masih berkelok-kelok berliku dan menanjak meskipun sudah
tidak se –ekstrim yang sudah-sudah.
Sedikit demi sedikit kami mulai
menemukan pemukiman padat dikiri kanan. Sambil tiap ada orang dipinggir jalan
kami berhenti dan menanyakan arah. Dan….. teret tet tet tet teeeeeeeeettttt….
Akhirnya sampai juga dijalan raya (jalan utama) yang mengarahkan kearah jalur
alternative Cirebon, hingga tembus di Tol Kanci Pejagan. Hampir 10 jam kami
diperjalanan ala adventure.. yang sebenarnya jika dilakukan siang hari tentu
akan berbeda. Hanya karena malam, tentu suasana menjadi mencekam.. namun tetep
saya tidak pernah menganjurkan jalur alternative tersebut apalagi jika :
1. Kendaraan
tidak prima
2. Kondisi
malam apalagi musim hujan seperti sekarang.
3. Kamu
sendirian di mobil / motor
4. Kamu
bukan Super Hero
5. Kamu
bukan orang yang hobby mendaki gunung (karena kemungkinan kamu cengeng wkwkwkw,
dulu saya nyasar di gunung cuma berdua jadi udah bersahabat dengan kondisi
belantara, nggak pernah mikir gimana kalo ada hantu atau jin, mereka saya kasih
ampao juga pasti pergi deh, pdahal itu amplop kosong, tapi khan memang mereka
gampang di sogok karena itu sudah jadi karakter mereka wkwkwkwkwk)
Travel Wisata Dari Cirebon Tujuan
(Kemana Kau Suka aja..)
0878 2968 1624
Garasi : Lihat Google Map : Durajaya City Travel
Bagi yang ciut pergi ke Pangandaran ada opsi lain wkwkkw..
0878 2968 1624
Garasi : Lihat Google Map : Durajaya City Travel
Bagi yang ciut pergi ke Pangandaran ada opsi lain wkwkkw..
Mudik tanpa takut Virus Corona Covid-19, Sewa mobil aja!
No comments:
Post a Comment